By didiksuyadi
Allah ta’ala berfirman :
{زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ } [آل عمران: 14] .
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak laki-laki, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.
(Ali ‘Imran: 14)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menyebutkan beberapa faedah yang dapat dipetik dari ayat yang mulia ini, diantaranya :
من فوائد الآية الكريمة:
1 ـ حكمة الله عزّ وجل في ابتلاء الناس بتزيين حب الشهوات لهم في هذه الأمور السبعة.
Hikmah Allah azza wa jalla dalam memberikan ujian kepada manusia yaitu dengan menghiasi tujuh perkara ini sehingga dipandang indah oleh mereka.
ووجه الحكمة : أنه لولا هذه الشهوات التي تنازع الإنسان في اتجاهه إلى ربه لم يكن للاختبار في الدين فائدة. فلو كان الإنسان لم يغرس في قلبه أو في فطرته هذا الحب لم يكن في الابتلاء في الدين فائدة؛ لأن الانقياد إلى الدين إذا لم يكن له منازع يكون سهلاً ميسراً، ولهذا أول من يستجيب إلى الرسل الفقراء الذين ـ غالباً ـ حرموا من الدنيا، لأنه ليس لديهم شيء ينازعهم لا مال ولا رئاسة ولا غير ذلك.
Sisi hikmahnya : Sesungguhnya seandainya bukan karena syahwat ini yang menghalangi manusia menghadap kepada Rabbnya niscaya ujian dalam agama itu tidak ada faedahnya. Seandainya dalam hati atau fitrah manusia tidak ada kecintaan terhadap syahwat ini niscaya ujian dalam agama tidak ada faedahnya. Karena sikap tunduk dan patuh terhadap aturan agama mudah untuk dilakukan jika tidak ada hambatan dan rintangan. Oleh karena itu orang yang pertama kali menyambut dan menerima dakwah Rasul secara umum adalah orang-orang faqir yang terhalangi dari mendapatkan dunia. Karena tidak ada hambatan dan rintangan bagi mereka, tidak ada harta, kedudukan dan yang lainnya.
2 ـ أنه لا يذم من أحب هذه الأمور على غير هذا الوجه، وهو محبة الشهوة،
Sesungguhnya orang yang mencintai perkara ini tidaklah tercela kecuali jika cintanya semata-mata karena syahwat.
وذلك لأنه إذا زينت له محبة هذه الأمور لا لأجل الشهوة لم يكن ذلك سبباً لصده عن دين الله، لأن أكثر ما يفتن الإنسان الشهوة إذا لم يكن هناك شبهة، فإن كان هناك شبهة واجتمع عليه شبهة وشهوة حصلت له الفتنتان.
Jika kecintaan mereka kepada perkara ini bukan karena syahwat tidak akan menjadi penghalang dari jalan Allah. Karena kebanyakan yang menjadikan manusia terfitnah adalah syahwat, ini jika tidak dibarengi dengan syubhat. Namun jika disana ada syubhat maka terkumpul antara syubhat dan syahwat, sehingga ada dua fitnah.
ويدل لذلك أن النبي صلّى الله عليه وسلّم قال: «حبّب إليّ من دنياكم النساء والطيب» [(37)]، ويدل لذلك أيضاً أن النبي صلّى الله عليه وسلّم رغَّب في النكاح وحثَّ عليه وأمر به الشباب [(38)]، والنبي صلّى الله عليه وسلّم حثّ على تزوج المرأة الولود [(39)]، والولود كثيرة الولادة، وإذا كانت ولوداً كثر نسلها، ومن نسلها البنون. فالمهم أن محبة هذه الأشياء لا من أجل الشهوة أمر لا يذم عليه الإنسان.
Dan yang menunjukkan hal ini adalah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Dijadikan rasa cinta pada diriku dari dunia kalian yaitu wanita dan minyak wangi.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga member motivasi untuk menikahi wanita al waluud, yaitu wanita yang mempunyai banyak anak. Jika dia seorang wanita yang waluud maka akan punya banyak keturunan, dan diantara keturunannya adalah anak-anak laki-laki. Pada intinya adalah bahwa kecintaan terhadap perkara-perkara ini jika bukan karena syahwat semata maka tidak tercela.
3 ـ قوة التعبير القرآني، وأنه أعلى أنواع الكلام في الكمال،
Bagusnya pemilihan kata (ibarah) dari Al Qur’an, karena Al Qur’an adalah jenis perkataan yang paling sempurna.
ولهذا قال: { {حُبُّ الشَّهَوَاتِ} } ولم يقل: حبّ النساء، أو حبّ البنين، أو حبّ القناطير المقنطرة، بل قال: حبّ الشهوات من هذه الأشياء، فسلّط الحب على الشهوات، لا على هذه الأشياء، لأن هذه الأشياء حبها قد يكون محموداً.
Oleh karena itu Allah berfirman : “cinta kepada syahwat” dan tidak mengatakan cinta kepada wanita, cinta kepada anak-anak laki-laki atau cinta kepada harta yang banyak. Akan tetapi mengatakan cinta kepada syahwat dari perkara-perkara tersebut. Dia cinta atas dasar syahwat, bukan karena perkara-perkara tersebut, karena cinta kepada perkara tersebut terkadang malah terpuji.
4 ـ تقديم الأشد فالأشد،
Lebih mendahulukan (waspada) terhadap perkara yang paling berbahaya kemudian perkara bahaya yang lainnya.
ولهذا قدَّم النساء، ففتنة شهوة النساء أعظم فتنة، ولهذا قال النبي عليه الصلاة والسلام: «ما تركت بعدي فتنة أضر على الرجال من النساء» [(40)]. ولهذا بدأ بها فقال: { {مِنَ النِّسَاءِ} }.
Oleh karena itu didahulukan wanita, karena fitnah cinta kepada syahwat berupa wanita merupakan fitnah yang paling besar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah aku tinggalkan suatu fitnah bagi para laki-laki yang lebih berbahaya daripada fitnah wanita.”
Oleh karena itu ayat ini dimulai dengan fitnah wanita, Allah berfirman “dari wanita”
5 ـ أن البنين قد يكونون فتنة،
Sesungguhya anak-anak laki-laki terkadang bisa menjadi fitnah (ujian).
ويشهد لذلك قوله تعالى: {{أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ}} [الأنفال: 28] ، والأولاد أعم من البنين.
Yang menguatkan hal ini adalah firman Allah ta’ala : “Sesungguhnya harta-harta kalian dan anak-anak kalian adalah fitnah.” (Al Anfal : 28) Dan yang namanya anak-anak laki-laki (al awlaad) lebih umum dari pada al baniin.
6 ـ أن الذهب والفضة من أشد الأموال خطراً على الإنسان،
Sesungguhnya emas dan perak termasuk harta yang paling berbahaya (perlu diwaspadai) bagi manusia.
ولهذا قدَّمها على بقية الأموال، فقال: { {وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ} } لأنها أعظم المال فتنة، لا سيما الموصوفة بهذه الصفة، أنها قناطير مقنطرة.
Oleh karena itu Allah mendahulukannya daripada harta-harta yang lainnya. Dia berfirman : “harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.” Karena emas dan perak adalah fitnah harta yang paling besar. Terlebih lagi disifati dengan harta yang banyak.
7 ـ أنه كلما كَثُرَ المال ازدادت الفتنة في شهوته؛
Sesungguhnya semakin bertambahnya harta akan menambah fitnah kepada syahwat atau kecintaan kepadanya.
لقوله: { {وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ} }.
Berdasarkan firman-Nya : “harta yang banyak dari jenis emas dan perak”
ولهذا نجد بعض الفقراء يجود بكل ماله، والغني لا يجود بكل ماله، بل بعض الأغنياء ـ نسأل الله العافية ـ يبتلون كلما كَثُر مالهم اشتد بخلهم ومَنْعهم.
Oleh karena itu kita mendapati sebagian fuqaraa lebih dermawan kepada hartanya sedangkan orang-orang kaya tidak demikian. Bahkan sebagian orang kaya –kita meminta keselamatan kepada Allah- setiap kali bertambah hartanya maka akan semakin bakhil dan menahan hartanya.
8 ـ أن الخيل أعظم المركوبات فخراً،
Sesungguhnya kuda merupakan tunggangan yang paling bisa membuat orang bangga dan sombong.
ولا سيما إذا كانت مسومة أي: معلمة معتنى بها، أو مسومة مطلقة في المراعي معتنى بها في رعيها، فإنها تكون أعظم المركوبات فتنة.
Terlebih lagi jika dia kuda pilihan yaitu kuda yang terlatih atau dipilihkan rumput khusus baginya, maka dia menjadi sebesar-besar tunggangan yang bisa menjadi fitnah.
9 ـ أنَّ فتنة الأنعام ـ الإبل والبقر والغنم ـ دون فتنة الخيل بناءً على الترتيب، والترتيب في هذه الآية يكون من الأعلى إلى الأدنى.
Sesungguhnya fitnah dari binatang ternak berupa onta, sapi dan kambing masih lebih rendah dari pada fitnah kuda karena ayat diatas disebutkan secara berurutan. Urutan dari ayat diatas adalah mulai fitnah terbesar kemudian fitnah yang dibawahnya.
10 ـ أن من الناس من يفتن في الحرث بالزراعة،
Sesungguhnya sebagain manusia ada yang terfitnah dengan sawah ladang dan pertanian.
فيفتن بها ويزرع على الوجه المشروع وغير المشروع.
Maka dia terfitnah dengannya, dia bertani dengan sesuatu yang dibolehkan syariat maupun yang terlarang.
11 ـ أن هذه الأشياء كلها لا تعدو أن تكون متاع الحياة الدنيا؛
Sesungguhnya semua perkara diatas hanya sekedar kesenangan dunia.
لقوله: { {ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا} }.
Berdasarkan firman-Nya : “Itulah kesenangan hidup di dunia.”
12 ـ التزهيد في التعلق بهذه الأشياء؛
Hendaknya bersikap zuhud dan tidak bergantung kepada perkara-perkara diatas.
لقوله: { {ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا} } وكل ما كان للدنيا فلا ينبغي للإنسان أن يتبعه نفسه لأنه زائل، فلا تتبع نفسك شيئاً من الدنيا إلا شيئاً تستعين به على طاعة الله.
Berdasarkan firman-Nya : “Itulah kesenangan hidup di dunia.” Dan semua yang bersifat duniawi maka tidak selayaknya bagi manusia untuk mengikutinya karena dunia pasti akan berakhir. Janganlah engkau mengikuti sesuatu dari dunia ini kecuali sesuatu yang dapat membantu engkau untuk taat kepada Allah.
وأنت سوف تنال منه ما يناله من أتبع نفسه متاع الحياة الدنيا للدنيا، فمثلاً: الطعام، من الناس من يأكله لأجل أن يحفظ بدنه امتثالاً لأمر الله، واستعانة به على طاعة الله، فيؤجر على ذلك، ومن الناس من يأكله لمجرد شهوة ليملأ بطنه فيحرم هذا الأجر، لأنه نوى به مجرد الشهوة فقط.
Dan engkau akan mendapatkan bagian dari dunia sebagaimana bagian yang didapatkan oleh orang yang jiwanya memang cenderung untuk larut dengan kehidupan dunia. Misalnya : makanan, sebagaian manusia ada yang makan karena untuk menjaga badanya supaya bisa menjalankan perintah Allah dan membantunya untuk taat kepada Allah, maka dia mendapatkan pahala atas perbuatannya tersebut. Dan sebagian manusia makan semata-mata untuk mengenyangkan perutnya maka dia tidak mendapatkan pahala tersebut, karena niat makan dia semata-mata karena syahwat.
13 ـ تنقيص هذه الحياة؛
Rendahnya kehidupan dunia
لقوله: { {الْحَيَاةِ الدُّنْيَا} }، فوالله إنها لناقصة، إن داراً لا يدري الإنسان مدة إقامته فيها، وإن داراً لا يكون صفوها إلا منغصاً بكدرٍ، وإن داراً فيها الشحناء والعداوة والبغضاء بين الناس وغير ذلك من المنغصات؛ إنها لدنيا.
Berdasarkan firman-Nya : “kehidupan dunia” demi Allah ini untuk menunjukkan rendahnya dunia. Karena dunia adalah suatu negeri yang seseorang itu tidak tahu berapa lama dia akan tinggal di dalamnya. Dia adalah negeri yang kejerniahan didalamnya pasti disertai dengan kekeruhan. Dia adalah negeri yang dipenuhi oleh permusuhan dan kebencian diantara manusia dan menyusahkan yang lainnya, itulah dunia.
14 ـ أن ما عند الله خير من هذه الدنيا؛
Sesungguhnya apa yang ada disisi Allah lebih baik dari dunia.
لقوله: { {وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ} }.
Berdasarkan firman-Nya : “dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”
15 ـ ما أشار إليه بعضهم من أن من تعلق بهذه الأشياء تعلُّق شهوةٍ فإن عاقبته لا تكون حميدة؛
Apa yang diisyaratkan oleh sebagian ulama’ bahwa orang yang syahwatnya tergantung dengan perkara-perkara ini maka tidak akan mendapatkan hasil yang baik,terpuji.
لأن الله عندما ذكر التعلق على وجه الشهوة بهذه الأشياء قال: { {وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ} } فكأنه يقول: ولا حسن مآب لهذا المتعلِّق بهذه الأشياء أي: إن عاقبته ليست حميدة، هكذا ذكره بعضهم، ولكن في النفس منه شيء.
Karena ketika Allah menyebutkan ketergantungan terhadap perkara-perkara ini karena syahwat, Dia berfirman : “dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” Seolah-olah Dia berkata : Tidak ada tempat kembali yang baik bagi orang yang tergantung dengan perkara-perkara ini, yaitu akibat dan hasilnya tidak terpuji, inilah yang disebutkan oleh sebagian ulama’, namun menurut pendapatku ini kurang tepat.
والذي يظهر لي أن الآية ختمت بهذا: { {وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ} } من أجل ترغيب الإنسان فيما عند الله عزّ وجل، وأن لا يتعلق بمتاع الحياة الدنيا، ويدل لما ذكرتُ قوله: {{قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ}} [آل عمران: 15] .
Adapun yang lebih tepat menurut pendapatku adalah bahwa ayat ini yang ditutup dengan : “dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” Tujuannya untuk memberi motivasi kepada manusia untuk mendapatkan dan mencari apa yang ada disisi Allah azza wa jalla dan tidak tergantung dengan kesenangan kehidupan dunia. Yang menguatkan hal ini adalah firman-Nya setelahnya : “Katakanlah (wahai Nabi) maukah kalian aku kabarkan sesuatu yang lebih baik dari perkara tersebut.” (Ali ‘Imran : 15)
Sumber : http://www.ibnothaimeen.com/all/books/article_18335.shtml
http://abukarimah.wordpress.com/2012/03/03/tujuh-perkara-yang-indah-dalam-pandangan-manusia/
No comments:
Post a Comment