Friday 17 February 2012

HAWA NAFSU DAN SYAHWAT





إِنَّ مِمَّا أَخْشَى عَلَيْكُمْ شَهَوَاتِ الْغَيِّ فِي بُطُونِكُمْ وَفُرُوجِكُمْ وَمُضِلَّاتِ الْهَوَى
.

Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan menimpa kalian adalah syahwat yang menyesatkan pada perut dan kemaluan serta hawa nafsu yang menyimpangkan dari jalan yang lurus.[1]

Hawa nafsu dan syahwat adalah penyakit yang amat berbahaya yang menghinggapi hati seorang muslim, di dalam Alquran Allah Ta’ala telah mencela hawa nafsu dan pelakunya dan menyebutkan bahaya-bahaya yang ditimbulkan olehnya, yaitu:

Pengikut hawa nafsu diserupakan dengan salah satu dari sifat anjing

Allah Ta’ala menyebutkan bahwa orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya bagaikan anjing yang menjulurkan lidahnya, Allah Ta’ala berfirman,

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِيْ ءَاتَيْنَاهُ ءَايَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِيْنَ {175} وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى اْلأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلُ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ  {176}

Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami ajarakan kepadanya ayat-ayat Kami, lalu ia lepas darinya maka setan mengikutinya dan jadilah ia orang-orang yang sesat. Kalau Kami kehendaki, Kami akan mengangkat derajatnya dengan (ayat-ayat itu), akan tetapi ia condong kepada dunia dan mengikuti hawa nafsunya, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia menjulurkan lidahnya juga..” (QS. Al-A’raf: 175-176).

            Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata, “Allah Subhanahu wa Ta’alamenyerupakan orang yang diajarkan ilmu dan Al-Kitab namun ia tidak mau mengamalkannya dan mengikuti hawa nafsunya seperti anjing yang termasuk hewan yang paling dungu dan sangat rakus. Semangatnya hanya berkutat pada perut (dan kemaluannya), di antara bukti kerakusannya adalah ia senantiasa berjalan dengan moncong hidungnya ke tanah. Ia selalu mencium duburnya tanpa bagian tubuhnya yang lain, bangkai lebih ia sukai dari daging yang segar, tinja lebih ia gemari dari makanan yang enak, jika ia menemukan bangkai yang mencukupi seratus anjing ia tidak akan memberikan peluang anjing lain untuk makan bersamanya saking rakus dan bakhilnya.

            Penyerupaan orang yang lebih mengutamakan kehidupan dunia dari kehidupan akhirat padahal ia mempunyai ilmu yang banyak  seperti anjing yang menjulurkan lidahnya mempunyai rahasia yang indah yaitu bahwa orang yang lepas dari ayat-ayat Allah ini dan lebih mengikuti hawa nafsunya semua itu disebabkan keserakahannya terhadap dunia dan hatinya pun terputus dari Allah dan kampung akhirat karena keserakahannya itu..”.[2]

Disesatkan di atas ilmu

 أَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللهِ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ

Bagaimana pendapatmu mengenai orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah pun menyesatkannya di atas ilmu dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan penutup pada penglihatannya? Maka siapakah yang dapat memberinya hidayah setelah Allah? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al-Jatsiyah : 23).

             Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Artinya ia hanya mau melakukan perintah hawa nafsunya saja, apa yang ia pandang baik dilakukannya dan apa yang menurutnya buruk ditinggalkannya dan ayat ini dapat dijadikan dalil yang membantah pendapat Mu’tazilah yang berpendapat bahwa akal berdiri sendiri dalam menilai baik dan buruk.. (dan Allah pun menyesatkannya di atas ilmu) ada dua makna: pertama, bahwa Allah menyesatkannya karena Allah mengetahui bahwa ia berhak mendapatkannya. Kedua, Allah menyesatkannya setelah tegak hujjah kepadanya.”[3] 

Yang paling sesat di dunia

فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَآءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِى الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ    

Dan siapakah yang paling sesat dari orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tanpa petunjuk dari Allah? Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim“. (QS. Al Qashash : 50).
            
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata, “Ini adalah manusia yang paling sesat. Ia ditawarkan hidayah dan jalan yang lurus yang akan menyampaikannya kepada Allah dan negeri kemuliaan, namun ia tidak mau menerima dan tidak pula menengoknya. Sementara hawa nafsunya menyerunya kepada jalan yang akan menyampaikannya kepada kebinasaan dan kesengsaraan ternyata ia mengikutinya dan meninggalkan hidayah.

Adakah orang yang lebih sesat dari orang yang seperti ini sifatnya?! Akan tetapi permusuhan dan kebenciannya kepada kebenaran yang menjadikan ia terus menerus di atas kesesatan sehingga Allah tidak memberi hidayah kepadanya”.[4] 

Tidak berhak menjadi panutan.

 وَلاَتُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

Dan janganlah engkau taati orang yang Kami lalaikan hatinya untuk mengingat Kami dan mengikuti hawa nafsunya dan keadaannya sudah melampaui batas“. (QS. Al-Kahfi : 28).

            Dalam ayat ini Allah melarang Rasul-Nya untuk mentaati orang yang mempunyai salah satu dari tiga sifat: pertama,  orang yang lalai dari mengingat Allah sehingga ia pun Allah buat lalai dari mengingat-Nya sebagai balasan dari perbuatannya. Kedua, orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan mengikuti semua titah syahwatnya bahkan berusaha untuk meraihnya walaupun padanya terdapat kebinasaan dan kerugian. Dan yang ketiga adalah yang urusannya sia-sia dan meremehkan batasan-batasan Allah dan syariat-Nya, maka orang yang seperti ini tidak berhak menjadi panutan dalam kehidupan manusia.

            Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata, “Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang berhak ditaati dan menjadi imam untuk manusia adalah orang yang hatinya dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah dan lisannya senantiasa basah dengan dzikir kepada-Nya. Ia senantiasa mengikuti keridhaan Rab-nya dan lebih mengutamakan-Nya dari hawa nafsunya. Ia juga selalu menjaga waktunya dan istiqamah dalam perbuatannya, serta mengajak manusia kepada (hidayah) yang Allah berikan kepadanya.”[5]


Sifat orang yang zalim

 بَلِ اتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَهْوَآءَهُم بِغَيْرِ عِلْمٍ فَمَن يَهْدِي مَنْ أَضَلَّ اللهُ وَمَاَلُهم مِّن نَّاصِرِينَ

Akan tetapi orang-orang zalim itu mengikuti hawa nafsu mereka dengan tanpa ilmu, maka siapakah yang mampu memberikan hidayah kepada orang yang Allah sesatkan? dan mereka tidak memiliki penolong-penolong (selain Allah).” (Ar Ruum : 29).

Menyesatkan pelakunya dari jalan Allah.

 وَلاَتَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللهِ

Dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkanmu dari jalan Allah..” (QS. Shaad: 26).
            
Amat berat kerusakan yang ditimbulkan oleh hawa nafsu dan syahwat. Keduanya merusak dunia dan agama bahkan merusak tatanan kehidupan manusia akibat hatinya yang telah hitam kelam, tidak lagi dapat mengenal yang ma’ruf tidak pula mengingkari yangmungkar sebagaimana disebutkan dalam hadits,

وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ

..dan hati yang hitam seperti cangkir yang terbalik; tidak mengenal yang ma’ruf dan tidak mengingkari yang mungkar kecuali yang sesuai dengan hawa nafsunya.” (HR Muslim).[6]

            Yang lebih berbahaya lagi adalah orang yang berusaha mencari dalil untuk berdalih membenarkan hawa nafsunya dan menafsirkan ayat dan hadis sesuai seleranya, maka orang seperti ini sangat sulit kembali walaupun ditegakkan kepadanya seribu dalil.


Penulis: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.
Artikel www.CintaSunnah.com



[1] Lihat shahih targhib dan tarhib no 52 dan 2143.
[2] I’lamul muwaqqi’in hal 114-115 tahqiq Raid bin Shabri bin Abi ‘Alafah.
[3] Tafsir ibnu Katsir 7/205-206 tahqiq Hani Al Haj.
[4] Taisir Al Karimirrahman hal 567 cet. Muassasah Risalah.
[5] Taisir Al Karimirrahman hal 425 cet. Muassasah Risalah.

No comments:

Post a Comment