Friday, 17 February 2012

PENGERTIAN ULAMA



السؤال: فضيلة الشيخ! حصل لبس وخلط عند بعض الشباب في تحديد من هو العالم، فنتج عن ذلك أن وضع من ليس بعالم مثل زاهد أو عابد أو واعظ في مصافِّ العلماء، فجعلوه مصدراً للتلقي والتوجيه والتعليم وما إلى ذلك، فنريد من فضيلتكم تحديد من هو العالم وصفته وجزاكم الله خيراً؟

Pertanyaan, Sebagian pemuda mengalami kerancuan dan kebingungan tentang definisi ulama. Akibatnya mereka posisikan orang yang bukan ulama semisal orang yang zuhud, rajin ibadah dan pinter ceramah dalam deretan para ulama tempat menimba ilmu dan pengarahan. Kami ingin mendapatkan penjelasan tentang definisi ulama dan ciri-cirinya?
الجواب: العالم عرفه ابن القيم رحمه الله في تعريف جامع فقال:
العلم معرفة الهدى بدليله ما ذاك والتقليد يستويان
فالعالم هو الذي يعرف العلم الحق بالدليل، والعلم قد يكون علماً واسعاً يعرف الإنسان غالب المسائل، وما لا يعرفه منها فعنده قدرة على معرفتها،
Jawaban Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin,
Pengertian ulama telah didefinisikan oleh Ibnul Qayyim dalam sebuah definisi yang lengkap. Ibnul Qayyim mengatakan ilmu adalah mengetahui kebenaran berdasarkan dalil. Tidaklah ilmu itu sama dengan taklid.
Jadi ulama adalah orang yang mengetahui pendapat yang benar berdasarkan dalil. Ilmu yang dimiliki seseorang itu beda-beda. Ada orang yang ilmunya luas sehingga dia mengetahui hukum mayoritas permasalahan agama. Jika ada permasalahan yang tidak dia ketahui hukumnya orang tersebut memiliki kemampuan untuk mengetahui hukumnya. [Inilah yang disebut ulama, pent].
وقد يكون الإنسان عالماً في مسألة واحدة، يأخذ الكتب ويبحث فيها وينظر أدلة العلماء، فيصير عالماً بها فقط، ومن هذا ما جاء به الحديث (بلغوا عني ولو آية
Boleh jadi seorang itu hanya mengetahui satu permasalahan agama. Dia baca beberapa buku lalu mentelaah satu permasalahan yang ada di sana secara mendalam dengan mentelaah dalil-dalil yang dibawakan para ulama tentang masalah tersebut secara mendalam. Jadilah orang tersebut mengusai suatu permasalahan. Orang semisal inilah yang dimaksudkan oleh Nabi, “Sampaikan dariku meski hanya satu ayat” [HR Bukhari].
 لكن غالب الوعاظ يأتون بأدلة لا زمام لها، أدلة ضعيفة يريدون بذلك تقوية الناس في الأمور المطلوبة، وتحذيرهم من الأمور المرهوبة، ويتساهلون في باب الترغيب والترهيب، وهؤلاء فيهم نفع لا شك، لكن ليسوا أهلاً لأن يتلقى عنهم العلم الشرعي، بحيث يعتمد على ما يقولون، إلا إذا قالوا: نحن نقول كذا لقوله تعالى كذا وكذا، ونقول كذا لقول النبي صلى الله عليه وسلم كذا، ويأتون بحديث صحيح
Mayoritas tukang ceramah [di Arab Saudi, pent] membawakan dalil yang tidak jelas, dalil yang sanadnya lemah karena mereka ini agar masyarakat bersemangat melakukan kebaikan dan mengingatkan mereka dari bahaya maksiat. Mereka longgar dalam penggunaan hadits yang lemah dalam rangka memberi motivasi atau menakut-nakuti. Orang semisal ini tidaklah diragukan bahwa beliau itu memberi banyak manfaat namun tidak selayaknya menimba ilmu agama dari mereka dalam pengertian perkataannya dijadikan sebagai pegangan kecuali jika mereka membawakan dalil yang jelas berupa firman Allah dan sabda Nabi yang bersumber dari hadits yang shahih.
فمعلوم أن من أتى بعلم وحجة فهو مقبول، لكن ابن مسعود رضي الله عنه حذر من القرَّاء بلا فقه.
Telah dimaklumi bersama bahwa siapa saja yang menyampaikan ilmu dan argument yang kuat maka pendapatnya diterima. Namun Ibnu Mas’ud mengingatkan kita akan bahaya para penghafal al Qur’an yang tidak memiliki fiqh.
والمراد بالفقه أن يكون عند الإنسان حكمة فيضع الأشياء مواضعها، وأن يكون عند الإنسان دليل يكون حجة له عند الله عز وجل وأظن أنه لا يخفى على عامة الناس العالم من طالب العلم.
Yang beliau maksudkan dengan fiqh adalah memiliki kecerdasan untuk meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan mengetahui dalil yang bisa dijadikan sebagai hujjah di hadapan Allah.
Aku berprasangka bahwa orang-orang awam [di Saudi, pent] bisa membedakan antara ulama dengan penuntut ilmu.
Sumber:

No comments:

Post a Comment